Tuesday, April 9, 2013

Jangan Tawar Hati ~ Samuel Benny

Photo: Jangan Tawar Hati


Apakah yang dimaksud dengan tawar hati ? Dan siapakah orang yang dapat dijangkiti "virus" tawar hati ? Menurut Alkitab, tawar hati ini tidak ada korelasinya dengan seberapa besar jumlah tabungan, besarnya pengaruh dan kekuasaan, seberapa populer orang itu. Buktinya, Saul, seorang raja yang memiliki segalanya, mengalami tawar hati.

1 SAMUEL 17 : 32 — “ Berkatalah Daud kepada Saul: "Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu.”

Sepintas, tutur kata Daud kepada Saul dalam ayat di atas ini biasa saja. Perkataan Daud ini menjadi luar biasa jika kita melihat siapa Daud dan siapa Saul. Saul saat itu adalah raja Israel yang memiliki segalanya: kekuasaan, harta, kemewahan, kehormatan, dilayani dengan servis kelas satu selama 24 jam, 7 hari seminggu, 366 hari setahun. Sedangkan Daud? Dia seorang gembala yang tak punya apa-apa. Yang bisa dinikmatinya hanyalah hijaunya padang rumput sebagai sofa merangkap kasur dan biru atau kelabunya langit (tergantung cuaca) yang menjadi atapnya.

Tidak jauh berbeda dengan situasi di atas, merupakan hal aneh bila seorang pemilik mobil mewah turun dari mobilnya dan dihibur oleh seorang tukang parkir, "Jangan tawar hati, Pak!" Seharusnya si tukang parkirlah yang gelisah memikirkan anak istrinya makan apa hari itu; hal yang sama sekali tidak menjadi masalah bagi si kaya.

Dari hal ini kita belajar, uang banyak, badan sehat, memiliki kekuasaan dan pengaruh bukan jaminan seseorang tidak akan mengalami tawar hati. Orang yang tidak mempunyai uang sering berpikir, kalau saja dia mempunyai banyak uang, dia tidak akan tawar hati. Terbukti banyak orang kaya yang resah dengan keamanan hartanya.

Apakah yang dimaksudkan dengan tawar hati ?
Orang yang tawar hati adalah orang yang tahu dirinya mempunyai masalah, namun tidak berani dan tidak mau menghadapinya. Sedangkan orang yang tidak tawar hati adalah orang yang tahu ada masalah di depannya, namun dia mau menghadapinya dan yakin akan mampu menghadapinya.

Apakah masalah yang dihadapi Saul lebih besar daripada yang dihadapi Daud sehingga Saul tawar hati ? Masalah mereka sama: Goliat. Jadi jangan kita menganggap masalah orang lain lebih besar dibandingkan masalah kita.

1 SAMUEL 17 : 33 — “ Tetapi Saul berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit."

Orang yang menganggap tidak ada jalan keluar atau tidak mungkin menang dalam menghadapi masalahnya, berarti orang itu sudah masuk ke dalam area tawar hati. Parahnya, Saul bukan saja merasa dirinya tidak mampu menghadapi Goliat, dia juga menganggap Daud tidak mampu menghadapi Goliat. Ini tawar hati kategori berat. Memangnya Saul tahu pasti kemampuan Daud? Jika tawar hati Saul tergolong ringan, dia mengatakan, "Tidak mungkin aku dapat menghadapi Goliat, namun engkau, siapa tahu?"

Itulah sebabnya banyak orang yang tawar hati berat tidak mau share dengan hamba TUHAN, sebab dia merasa percuma. Dia merasa tidak mampu menghadapinya, demikian pula pendeta. Seorang suami yang sedang ruwet menghadapi masalah kantor dapat share dengan istri yang mungkin dapat memberikan nasehat dan bantuan. Namun bila suami mengatakan istrinya tidak mungkin dapat membantu, suami sudah membuang kemungkinan bantuan tersebut.

Saul mengatakan bahwa Daud masih muda, tidak mungkin menang menghadapi Goliat yang sudah sejak masa mudanya telah menjadi prajurit. Penyebab seseorang tawar hati bukan besar kecilnya masalah, namun cara memandang masalah yang jauh lebih besar daripada dirinya atau kemampuannya. Melihat kemampuan berperang dan tubuh Goliat yang jauh lebih kuat dan besar dibandingkan Daud, Saul tawar hati. Menganggap musuh jauh lebih kuat sering membuat orang kalah sebelum berperang.

Mengapa Daud tidak tawar hati ? Daud tidak tawar hati bukan karena lebih kuat dari Goliat. Daud tidak menghiraukan dirinya yang kecil dan lemah dibandingkan Goliat. Daud menyadari ALLAH menyertai dia, ALLAH yang jauh lebih besar daripada Goliat dan mampu mengalahkan Goliat diibaratkan hanya dengan menjentikkan ujung jari-NYA saja. Ingatlah perkataan TUHAN YESUS, "AKU mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala." Domba pasti kalah melawan serigala. Namun, bila domba itu diutus ALLAH yang Mahakuasa, dengan back up Sang Pengutusnya, domba itu pasti menang.

1 SAMUEL 17 : 34 - 36 — “ Tetapi Daud berkata kepada Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada ALLAH yang hidup."

Melihat raja Saul yang tawar hati, Daud menguatkan Saul dengan menceritakan pengalaman hidupnya yang mengalami kemenangan bersama TUHAN. Sebagai gembala, kadang-kadang Daud didatangi singa atau beruang yang mau mengganggu domba-domba yang digembalakannya. Dengan berani Daud mengejar singa atau beruang itu. Padahal, biasanya manusia yang lari ketakutan dikejar binatang buas. Ini menggambarkan bahwa orang yang tidak tawar hati tidak akan lari dari masalah; dia berani menghadapinya, dan menang. Sebaliknya Saul sudah merasa tidak mungkin menang sebelum menghadapi Goliat.

Dalam ayat 36 Daud mengatakan bahwa Goliat akan sama nasibnya dengan salah satu binatang yang dibantainya itu. Daud tidak menganggap Goliat musuh spesial yang tak mampu dikalahkannya. Baik singa, beruang atau Goliat si Filistin, sama saja bagi Daud. Sebab bukan dia sendiri yang menghadapinya. Sebagai orang yang diutus TUHAN, Sang Pengutus akan memberinya kekuatan mengalahkan musuhnya.

1 KORINTUS 10 : 13 — “ Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab ALLAH setia dan karena itu IA tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai IA akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”

Yang disebut masalah tentunya sesuatu yang lebih besar daripada kekuatan kita. Misalnya, jika kita hanya memiliki uang sebesar satu juta rupiah dan memiliki hutang seratus juta rupiah, itu merupakan masalah. Tidak masalah jika uang seratus juta rupiah dan ada tagihan sebesar seratus ribu rupiah. Rasul Paulus mengatakan bahwa pencobaan, tantangan yang kita dihadapi itu sesuatu yang biasa, yang kecil. Masalah yang sebenarnya besar, namun menjadi kecil, sebab ALLAH itu setia, DIA beserta kita dalam menghadapinya masalah tersebut dan memberikan jalan keluar.

Sebesar apa pun masalah itu, tidak lagi menjadi masalah jika ada jalan keluar atau solusi. Daud melihat Goliat sebenarnya masalah besar, namun menjadi masalah tak berarti karena TUHAN memberikan jalan keluarnya. Sedangkan Saul tawar hati karena tidak tahu jalan keluar dalam menghadapi Goliat yang dianggapnya sangat kuat itu. Apa penyebab Saul tidak mengetahui jalan keluar dalam menghadapi Goliat ? Sebab Saul telah hidup jauh dari TUHAN.

1 SAMUEL 17 : 37 — “ Pula kata Daud: "TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, DIA juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu." Kata Saul kepada Daud: "Pergilah! TUHAN menyertai engkau."

Perkataan Daud, "TUHAN yang telah melepaskan aku..." merupakan bukti bahwa TUHAN yang memberikan jalan keluar, bukan Daud yang mencari jalan keluar sendiri atas masalahnya. Apa pun masalahnya, siapa pun musuhnya, semua dapat diatasi karena TUHAN yang memberikan jalan keluar. Karena TUHAN yang memberikan jalan keluar, berarti orang yang memiliki hubungan yang erat dengan TUHAN yang akan menerima jalan keluar dari TUHAN. Dengan demikian, orang yang dekat dengan TUHAN tidak akan tawar hati.

Setelah Saul mendengar kesaksian Daud yang menguatkan, apakah iman Saul bangkit ? Tidak. Jika imannya bangkit, dia akan berani maju menghadapi Goliat. Saul tidak pergi; dia menyuruh Daud yang pergi menghadapi Goliat.

1 SAMUEL 17 : 38 — “ Lalu Saul mengenakan baju perangnya kepada Daud, ditaruhnya ketopong tembaga di kepalanya dan dikenakannya baju zirah kepadanya.”

Seberapa pun lengkap dan canggihnya perlengkapan perang dan senjata yang dimilikinya, orang yang tawar hati tidak berani menghadapi musuh. Saul "mendandani" Daud dengan pakaian perang Saul. Jika Saul benar-benar beranggapan, dengan senjata dan pakaian perang itu mampu mengalahkan Goliat, mengapa Saul tidak memakainya sendiri dan maju menghadapi Goliat ? Memakai baju perang dan membawa pedang merupakan metode Saul yang dipaksakan untuk diterapkan kepada Daud.

Kita jangan memakai cara kita sendiri dalam menghadapi masalah jika tahu hal itu mendatangkan kekalahan. Banyak orangtua bertanya, salahkah menerapkan metode memukul anak untuk membuat anaknya mau belajar ? Saya tidak menjawab boleh atau tidak. Saya bertanya apakah metode tersebut membuat anak rajin belajar dan meningkatkan nilainya ? Ternyata tidak. Jika hasilnya nol besar, mengapa diteruskan ?

1 SAMUEL 17 : 39 — “ Lalu Daud mengikatkan pedangnya di luar baju perangnya, kemudian ia berikhtiar berjalan, sebab belum pernah dicobanya. Maka berkatalah Daud kepada Saul: "Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya." Kemudian ia menanggalkannya.”

Dengan memakai pakaian perang Saul, Daud malah kesulitan untuk berjalan. Artinya, hidup kita tidak akan berhasil jika kita berkeras menggunakan metode orang yang kalah. Daud bertindak tegas: menanggalkan pakaian perang itu. Artinya, Daud tidak mau dipengaruhi untuk menggunakan metode yang jelas-jelas membawa kekalahan. Dengarkanlah nasehat dari orang yang sudah mengalami kemenangan dan menerapkan metode yang membawa kemenangan, yaitu mengandalkan TUHAN. Seharusnya Saul yang mendengarkan Daud, sebab Daud telah mengalami kemenangan melawan singa dan beruang.

1 SAMUEL 17 : 40 - 42 — “ Lalu Daud mengambil tongkatnya di tangannya, dipilihnya dari dasar sungai lima batu yang licin dan ditaruhnya dalam kantung gembala yang dibawanya, yakni tempat batu-batu, sedang umbannya dipegangnya di tangannya. Demikianlah ia mendekati orang Filistin itu. Orang Filistin itu kian dekat menghampiri Daud dan di depannya orang yang membawa perisainya. Ketika orang Filistin itu menujukan pandangnya ke arah Daud serta melihat dia, dihinanya Daud itu karena ia masih muda, kemerah-merahan dan elok parasnya.”

Setelah menanggalkan pakaian perang dan senjata dari Saul, Daud menyiapkan senjatanya, senjata yang akan membawanya pada kemenangan. Sebelum memakai senjata yang membawa kemenangan, Daud harus menaruh senjata dari Saul terlebih dahulu. Dia tidak boleh menggunakan pedang Saul dan senjata berupa tongkat dan lima batu secara bersamaan. Kita tidak dapat mencampur metode TUHAN dengan pola pikir kita sendiri. Metode TUHAN terlalu sempurna untuk ditambahi dengan metode kita. Buat apa menggunakan metode sendiri bila metode TUHAN sudah sangat sempurna dan pasti membawa kemenangan ?

Tindakan Daud dalam menghadapi musuh: Daud mendekati Goliat. Sebelumnya Daud juga mengejar binatang buas yang mengganggu kawanan dombanya. Daud bukan dikejar musuh; dia yang mendekati dan mengejar musuh. Dalam menghadapi masalah, anak TUHAN perlu meneladani Daud yang berani menghadapi masalah, tidak lari dari masalah. TUHAN sudah memberikan kemenangan bagi kita. Tugas kita adalah mendekati musuh. Kemenangan itu tidak dapat kita raih kalau kita tidak berani menghadapi musuh. TUHAN tidak berfirman, "Bersembunyilah di belakang-KU, AKU akan membasmi musuhmu." Tidak. Daud, juga kita, harus maju mendekati atau menghadapi musuh itu.

MAZMUR 144 : 2 — “ yang menjadi tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, kota bentengku dan penyelamatku, perisaiku dan tempat aku berlindung, yang menundukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasaku!”

Selain membawa senjata berupa tongkat dan lima batu yang diambil dari sungai serta umban, Daud juga memiliki senjata lain, yaitu perisai. Perisai Daud ini sangat berbeda dengan perisai yang dimiliki Goliat. Perisai Goliat terbuat dari logam dan dibawa oleh seorang pembawa perisai (ayat 41). Sedangkan perisai Daud adalah TUHAN Yang Mahakuasa. Dengan senjata luar biasa ini yang menjadi pelindung dan bentengnya, Daud sama sekali tidak perlu takut menghadapi musuh sebesar apa pun. Sedangkan Saul, senjata Saul sama dengan senjata Goliat. Bedanya, kekuatan Saul lebih kecil dibandingkan Goliat. Hal tersebut membuat Saul tawar hati.

1 SAMUEL 17 : 45 — “ Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, ALLAH segala barisan Israel yang kautantang itu.”

Daud tahu pasti senjata yang dipakai Goliat: pedang, tombak dan lembing. Seandainya saja Daud memakai senjata yang sama, tentu saja dengan ukuran mini dibandingkan Goliat, apakah Daud tidak akan ditertawakan Goliat ? Jika membawa senjata yang sama, Daud di hadapan Goliat akan seperti anak imut yang sedang main perang-perangan, bukan musuh yang patut diperhitungkan.

Daud membandingkan senjata Goliat, yakni pedang, tombak dan lembing dengan senjatanya, yakni Nama TUHAN semesta alam. Senjata Daud jelas lebih besar daripada senjata dan kekuatan Goliat. Dengan penuh keyakinan Daud menghadapi musuh, sebab Daud menganggap masalah yang dihadapinya itu tidak terlalu hebat, biasa-biasa saja dibandingkan dengan kekuatan TUHAN yang menyertai Daud. Dengan memakai kekuatannya sendiri, Daud memang tidak akan mampu mengalahkan Goliat. Namun dengan TUHAN yang menjadi perisainya, Daud lebih dari mampu dalam menghadapi Goliat.

Dengan menerapkan hal yang sama dengan yang dikatakan Daud, mendatangi masalah dengan Nama TUHAN, TUHAN akan mendengar dan membela kita. TUHAN tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan kita, sehingga kita pasti menang. Salahnya, Saul tidak pernah menyerahkan masalahnya kepada TUHAN; Saul tidak mau berkata seperti Daud yang mendatangi Goliat dengan Nama TUHAN; dia tetap mengandalkan senjata dan pakaian perangnya untuk dipakai Daud. Hasilnya, Saul tawar hati.

1 SAMUEL 17 : 46 - 47 — “ Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai ALLAH, dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan TUHAN-lah pertempuran dan IA pun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami."

Tanpa ragu sedikit pun Daud mengatakan kepada musuhnya itu, "Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku..." TUHAN memberikan kemenangan hari ini, bukan besok. Setiap hari ada masalahnya sendiri. Jika masalah hari ini tidak terselesaikan, keesokan harinya masalah kita sudah menjadi dua, lusa menjadi tiga, dan seterusnya. Masalah hari ini dituntaskan TUHAN hari ini juga.

"...TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau..." menunjukkan bahwa sudah menjadi tugas kita untuk mengalahkan musuh atau masalah. Musuh sudah pasti kalah karena TUHAN sudah menyerahkan musuh itu untuk kita kalahkan. Kita hanya perlu mengeksekusinya saja. Jalan keluar sudah disiapkan TUHAN bagi kita. Kita harus melangkah di jalan yang sudah disiapkan TUHAN bagi kita itu.

Dalam menghadapi masalah, banyak orang Kristen yang menunggu petunjuk dan visi TUHAN. Terus menunggu dan tidak bertindak. TUHAN menyuruh kita bertindak seperti Daud yang bertindak menghadapi Goliat. Seandainya TUHAN memberikan kesempatan dua proyek sekaligus untuk kita tangani dan kita mampu mengerjakannya, mengapa tidak kita ambil keduanya. Seandainya kita cuma mampu mengerjakannya satu saja, kita dapat memilih salah satu yang paling sesuai untuk kita.

Misalnya, seorang ibu menyiapkan dua jenis makanan untuk anaknya. Si anak makan kedua-duanya, apakah ibunya akan memarahinya ? Tidak. Seandainya hanya makan salah satunya saja, boleh saja. Kalau si anak sama sekali tidak menyentuh makanan yang sudah disediakan ibunya, padahal ia lapar berat ? Itu bodoh.

Kita perlu mengerti perbedaan antara bertindak dengan iman dan menanti kehendak TUHAN. Sebagai BAPA, DIA pasti menghendaki kita menang. Karena itu jangan kita mengatakan, "Aku menanti kemenangan dari TUHAN" jika TUHAN menginginkan kita untuk bertindak. Hari ini bertindak, hari ini juga kemenangan itu kita peroleh. Menunda bertindak berarti menunda kemenangan. Seandainya Daud menunda memenggal kepala Goliat sehari atau dua hari kemudian, kemenangan itu tertunda sehari atau dua hari. Bahkan, mungkin keadaan berbalik. Bukan Daud yang memenggal Goliat, tetapi Goliat yang memenggal Daud karena Daud tidak segera bertindak.

Perkataan Daud, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan lembing, bukan dengan kekuatan dan keahlian strategi Daud dalam menghadapi Goliat, namun memakai kekuatan TUHAN. Keyakinan Daud ini berbeda dengan metode Saul yang mengandalkan pedangnya. Senjata itu tidak dikehendaki TUHAN, tidak mampu membawa kemenangan. Itulah sebabnya Saul menjadi tawar hati.

Pertempuran itu di tangan TUHAN, kemenangan itu dari TUHAN. Namun, yang merebut kemenangan itu harus kita. Majulah bersama TUHAN dengan langkah pasti seperti Daud. Tinggal selangkah lagi kemenangan itu seutuhnya menjadi milik kita, apa pun juga masalah itu, seberapa pun besarnya masalah itu. Dengan menggunakan kekuatan dari TUHAN tidak ada masalah yang terlalu besar dan melebihi kekuatan kita, Amin.


TUHAN YESUS Memberkati.Sering kali dalam hidup, kita mengalami tawar hati.
Saat menemukan artikel ini di facebook, sangat terharu, dan sangat tersentuh,.. semoga bisa juga menyentuh hati yang lain....

============================================
From facebook,  http://www.facebook.com/benny.oen  - Samuel Benny


Jangan Tawar Hati


Apakah yang dimaksud dengan tawar hati ? Dan siapakah orang yang dapat dijangkiti "virus" tawar hati ? Menurut Alkitab, tawar hati ini tidak ada korelasinya dengan seberapa besar jumlah tabungan, besarnya pengaruh dan kekuasaan, seberapa populer orang itu. Buktinya, Saul, seorang raja yang memiliki segalanya, mengalami tawar hati.

1 SAMUEL 17 : 32 — “ Berkatalah Daud kepada Saul: "Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu.”

Sepintas, tutur kata Daud kepada Saul dalam ayat di atas ini biasa saja. Perkataan Daud ini menjadi luar biasa jika kita melihat siapa Daud dan siapa Saul. Saul saat itu adalah raja Israel yang memiliki segalanya: kekuasaan, harta, kemewahan, kehormatan, dilayani dengan servis kelas satu selama 24 jam, 7 hari seminggu, 366 hari setahun. Sedangkan Daud? Dia seorang gembala yang tak punya apa-apa. Yang bisa dinikmatinya hanyalah hijaunya padang rumput sebagai sofa merangkap kasur dan biru atau kelabunya langit (tergantung cuaca) yang menjadi atapnya.

Tidak jauh berbeda dengan situasi di atas, merupakan hal aneh bila seorang pemilik mobil mewah turun dari mobilnya dan dihibur oleh seorang tukang parkir, "Jangan tawar hati, Pak!" Seharusnya si tukang parkirlah yang gelisah memikirkan anak istrinya makan apa hari itu; hal yang sama sekali tidak menjadi masalah bagi si kaya.

Dari hal ini kita belajar, uang banyak, badan sehat, memiliki kekuasaan dan pengaruh bukan jaminan seseorang tidak akan mengalami tawar hati. Orang yang tidak mempunyai uang sering berpikir, kalau saja dia mempunyai banyak uang, dia tidak akan tawar hati. Terbukti banyak orang kaya yang resah dengan keamanan hartanya.

Apakah yang dimaksudkan dengan tawar hati ?
Orang yang tawar hati adalah orang yang tahu dirinya mempunyai masalah, namun tidak berani dan tidak mau menghadapinya. Sedangkan orang yang tidak tawar hati adalah orang yang tahu ada masalah di depannya, namun dia mau menghadapinya dan yakin akan mampu menghadapinya.

Apakah masalah yang dihadapi Saul lebih besar daripada yang dihadapi Daud sehingga Saul tawar hati ? Masalah mereka sama: Goliat. Jadi jangan kita menganggap masalah orang lain lebih besar dibandingkan masalah kita.

1 SAMUEL 17 : 33 — “ Tetapi Saul berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit."

Orang yang menganggap tidak ada jalan keluar atau tidak mungkin menang dalam menghadapi masalahnya, berarti orang itu sudah masuk ke dalam area tawar hati. Parahnya, Saul bukan saja merasa dirinya tidak mampu menghadapi Goliat, dia juga menganggap Daud tidak mampu menghadapi Goliat. Ini tawar hati kategori berat. Memangnya Saul tahu pasti kemampuan Daud? Jika tawar hati Saul tergolong ringan, dia mengatakan, "Tidak mungkin aku dapat menghadapi Goliat, namun engkau, siapa tahu?"

Itulah sebabnya banyak orang yang tawar hati berat tidak mau share dengan hamba TUHAN, sebab dia merasa percuma. Dia merasa tidak mampu menghadapinya, demikian pula pendeta. Seorang suami yang sedang ruwet menghadapi masalah kantor dapat share dengan istri yang mungkin dapat memberikan nasehat dan bantuan. Namun bila suami mengatakan istrinya tidak mungkin dapat membantu, suami sudah membuang kemungkinan bantuan tersebut.

Saul mengatakan bahwa Daud masih muda, tidak mungkin menang menghadapi Goliat yang sudah sejak masa mudanya telah menjadi prajurit. Penyebab seseorang tawar hati bukan besar kecilnya masalah, namun cara memandang masalah yang jauh lebih besar daripada dirinya atau kemampuannya. Melihat kemampuan berperang dan tubuh Goliat yang jauh lebih kuat dan besar dibandingkan Daud, Saul tawar hati. Menganggap musuh jauh lebih kuat sering membuat orang kalah sebelum berperang.

Mengapa Daud tidak tawar hati ? Daud tidak tawar hati bukan karena lebih kuat dari Goliat. Daud tidak menghiraukan dirinya yang kecil dan lemah dibandingkan Goliat. Daud menyadari ALLAH menyertai dia, ALLAH yang jauh lebih besar daripada Goliat dan mampu mengalahkan Goliat diibaratkan hanya dengan menjentikkan ujung jari-NYA saja. Ingatlah perkataan TUHAN YESUS, "AKU mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala." Domba pasti kalah melawan serigala. Namun, bila domba itu diutus ALLAH yang Mahakuasa, dengan back up Sang Pengutusnya, domba itu pasti menang.

1 SAMUEL 17 : 34 - 36 — “ Tetapi Daud berkata kepada Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada ALLAH yang hidup."

Melihat raja Saul yang tawar hati, Daud menguatkan Saul dengan menceritakan pengalaman hidupnya yang mengalami kemenangan bersama TUHAN. Sebagai gembala, kadang-kadang Daud didatangi singa atau beruang yang mau mengganggu domba-domba yang digembalakannya. Dengan berani Daud mengejar singa atau beruang itu. Padahal, biasanya manusia yang lari ketakutan dikejar binatang buas. Ini menggambarkan bahwa orang yang tidak tawar hati tidak akan lari dari masalah; dia berani menghadapinya, dan menang. Sebaliknya Saul sudah merasa tidak mungkin menang sebelum menghadapi Goliat.

Dalam ayat 36 Daud mengatakan bahwa Goliat akan sama nasibnya dengan salah satu binatang yang dibantainya itu. Daud tidak menganggap Goliat musuh spesial yang tak mampu dikalahkannya. Baik singa, beruang atau Goliat si Filistin, sama saja bagi Daud. Sebab bukan dia sendiri yang menghadapinya. Sebagai orang yang diutus TUHAN, Sang Pengutus akan memberinya kekuatan mengalahkan musuhnya.

1 KORINTUS 10 : 13 — “ Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab ALLAH setia dan karena itu IA tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai IA akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”

Yang disebut masalah tentunya sesuatu yang lebih besar daripada kekuatan kita. Misalnya, jika kita hanya memiliki uang sebesar satu juta rupiah dan memiliki hutang seratus juta rupiah, itu merupakan masalah. Tidak masalah jika uang seratus juta rupiah dan ada tagihan sebesar seratus ribu rupiah. Rasul Paulus mengatakan bahwa pencobaan, tantangan yang kita dihadapi itu sesuatu yang biasa, yang kecil. Masalah yang sebenarnya besar, namun menjadi kecil, sebab ALLAH itu setia, DIA beserta kita dalam menghadapinya masalah tersebut dan memberikan jalan keluar.

Sebesar apa pun masalah itu, tidak lagi menjadi masalah jika ada jalan keluar atau solusi. Daud melihat Goliat sebenarnya masalah besar, namun menjadi masalah tak berarti karena TUHAN memberikan jalan keluarnya. Sedangkan Saul tawar hati karena tidak tahu jalan keluar dalam menghadapi Goliat yang dianggapnya sangat kuat itu. Apa penyebab Saul tidak mengetahui jalan keluar dalam menghadapi Goliat ? Sebab Saul telah hidup jauh dari TUHAN.

1 SAMUEL 17 : 37 — “ Pula kata Daud: "TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, DIA juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu." Kata Saul kepada Daud: "Pergilah! TUHAN menyertai engkau."

Perkataan Daud, "TUHAN yang telah melepaskan aku..." merupakan bukti bahwa TUHAN yang memberikan jalan keluar, bukan Daud yang mencari jalan keluar sendiri atas masalahnya. Apa pun masalahnya, siapa pun musuhnya, semua dapat diatasi karena TUHAN yang memberikan jalan keluar. Karena TUHAN yang memberikan jalan keluar, berarti orang yang memiliki hubungan yang erat dengan TUHAN yang akan menerima jalan keluar dari TUHAN. Dengan demikian, orang yang dekat dengan TUHAN tidak akan tawar hati.

Setelah Saul mendengar kesaksian Daud yang menguatkan, apakah iman Saul bangkit ? Tidak. Jika imannya bangkit, dia akan berani maju menghadapi Goliat. Saul tidak pergi; dia menyuruh Daud yang pergi menghadapi Goliat.

1 SAMUEL 17 : 38 — “ Lalu Saul mengenakan baju perangnya kepada Daud, ditaruhnya ketopong tembaga di kepalanya dan dikenakannya baju zirah kepadanya.”

Seberapa pun lengkap dan canggihnya perlengkapan perang dan senjata yang dimilikinya, orang yang tawar hati tidak berani menghadapi musuh. Saul "mendandani" Daud dengan pakaian perang Saul. Jika Saul benar-benar beranggapan, dengan senjata dan pakaian perang itu mampu mengalahkan Goliat, mengapa Saul tidak memakainya sendiri dan maju menghadapi Goliat ? Memakai baju perang dan membawa pedang merupakan metode Saul yang dipaksakan untuk diterapkan kepada Daud.

Kita jangan memakai cara kita sendiri dalam menghadapi masalah jika tahu hal itu mendatangkan kekalahan. Banyak orangtua bertanya, salahkah menerapkan metode memukul anak untuk membuat anaknya mau belajar ? Saya tidak menjawab boleh atau tidak. Saya bertanya apakah metode tersebut membuat anak rajin belajar dan meningkatkan nilainya ? Ternyata tidak. Jika hasilnya nol besar, mengapa diteruskan ?

1 SAMUEL 17 : 39 — “ Lalu Daud mengikatkan pedangnya di luar baju perangnya, kemudian ia berikhtiar berjalan, sebab belum pernah dicobanya. Maka berkatalah Daud kepada Saul: "Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya." Kemudian ia menanggalkannya.”

Dengan memakai pakaian perang Saul, Daud malah kesulitan untuk berjalan. Artinya, hidup kita tidak akan berhasil jika kita berkeras menggunakan metode orang yang kalah. Daud bertindak tegas: menanggalkan pakaian perang itu. Artinya, Daud tidak mau dipengaruhi untuk menggunakan metode yang jelas-jelas membawa kekalahan. Dengarkanlah nasehat dari orang yang sudah mengalami kemenangan dan menerapkan metode yang membawa kemenangan, yaitu mengandalkan TUHAN. Seharusnya Saul yang mendengarkan Daud, sebab Daud telah mengalami kemenangan melawan singa dan beruang.

1 SAMUEL 17 : 40 - 42 — “ Lalu Daud mengambil tongkatnya di tangannya, dipilihnya dari dasar sungai lima batu yang licin dan ditaruhnya dalam kantung gembala yang dibawanya, yakni tempat batu-batu, sedang umbannya dipegangnya di tangannya. Demikianlah ia mendekati orang Filistin itu. Orang Filistin itu kian dekat menghampiri Daud dan di depannya orang yang membawa perisainya. Ketika orang Filistin itu menujukan pandangnya ke arah Daud serta melihat dia, dihinanya Daud itu karena ia masih muda, kemerah-merahan dan elok parasnya.”

Setelah menanggalkan pakaian perang dan senjata dari Saul, Daud menyiapkan senjatanya, senjata yang akan membawanya pada kemenangan. Sebelum memakai senjata yang membawa kemenangan, Daud harus menaruh senjata dari Saul terlebih dahulu. Dia tidak boleh menggunakan pedang Saul dan senjata berupa tongkat dan lima batu secara bersamaan. Kita tidak dapat mencampur metode TUHAN dengan pola pikir kita sendiri. Metode TUHAN terlalu sempurna untuk ditambahi dengan metode kita. Buat apa menggunakan metode sendiri bila metode TUHAN sudah sangat sempurna dan pasti membawa kemenangan ?

Tindakan Daud dalam menghadapi musuh: Daud mendekati Goliat. Sebelumnya Daud juga mengejar binatang buas yang mengganggu kawanan dombanya. Daud bukan dikejar musuh; dia yang mendekati dan mengejar musuh. Dalam menghadapi masalah, anak TUHAN perlu meneladani Daud yang berani menghadapi masalah, tidak lari dari masalah. TUHAN sudah memberikan kemenangan bagi kita. Tugas kita adalah mendekati musuh. Kemenangan itu tidak dapat kita raih kalau kita tidak berani menghadapi musuh. TUHAN tidak berfirman, "Bersembunyilah di belakang-KU, AKU akan membasmi musuhmu." Tidak. Daud, juga kita, harus maju mendekati atau menghadapi musuh itu.

MAZMUR 144 : 2 — “ yang menjadi tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, kota bentengku dan penyelamatku, perisaiku dan tempat aku berlindung, yang menundukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasaku!”

Selain membawa senjata berupa tongkat dan lima batu yang diambil dari sungai serta umban, Daud juga memiliki senjata lain, yaitu perisai. Perisai Daud ini sangat berbeda dengan perisai yang dimiliki Goliat. Perisai Goliat terbuat dari logam dan dibawa oleh seorang pembawa perisai (ayat 41). Sedangkan perisai Daud adalah TUHAN Yang Mahakuasa. Dengan senjata luar biasa ini yang menjadi pelindung dan bentengnya, Daud sama sekali tidak perlu takut menghadapi musuh sebesar apa pun. Sedangkan Saul, senjata Saul sama dengan senjata Goliat. Bedanya, kekuatan Saul lebih kecil dibandingkan Goliat. Hal tersebut membuat Saul tawar hati.

1 SAMUEL 17 : 45 — “ Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, ALLAH segala barisan Israel yang kautantang itu.”

Daud tahu pasti senjata yang dipakai Goliat: pedang, tombak dan lembing. Seandainya saja Daud memakai senjata yang sama, tentu saja dengan ukuran mini dibandingkan Goliat, apakah Daud tidak akan ditertawakan Goliat ? Jika membawa senjata yang sama, Daud di hadapan Goliat akan seperti anak imut yang sedang main perang-perangan, bukan musuh yang patut diperhitungkan.

Daud membandingkan senjata Goliat, yakni pedang, tombak dan lembing dengan senjatanya, yakni Nama TUHAN semesta alam. Senjata Daud jelas lebih besar daripada senjata dan kekuatan Goliat. Dengan penuh keyakinan Daud menghadapi musuh, sebab Daud menganggap masalah yang dihadapinya itu tidak terlalu hebat, biasa-biasa saja dibandingkan dengan kekuatan TUHAN yang menyertai Daud. Dengan memakai kekuatannya sendiri, Daud memang tidak akan mampu mengalahkan Goliat. Namun dengan TUHAN yang menjadi perisainya, Daud lebih dari mampu dalam menghadapi Goliat.

Dengan menerapkan hal yang sama dengan yang dikatakan Daud, mendatangi masalah dengan Nama TUHAN, TUHAN akan mendengar dan membela kita. TUHAN tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan kita, sehingga kita pasti menang. Salahnya, Saul tidak pernah menyerahkan masalahnya kepada TUHAN; Saul tidak mau berkata seperti Daud yang mendatangi Goliat dengan Nama TUHAN; dia tetap mengandalkan senjata dan pakaian perangnya untuk dipakai Daud. Hasilnya, Saul tawar hati.

1 SAMUEL 17 : 46 - 47 — “ Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai ALLAH, dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan TUHAN-lah pertempuran dan IA pun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami."

Tanpa ragu sedikit pun Daud mengatakan kepada musuhnya itu, "Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku..." TUHAN memberikan kemenangan hari ini, bukan besok. Setiap hari ada masalahnya sendiri. Jika masalah hari ini tidak terselesaikan, keesokan harinya masalah kita sudah menjadi dua, lusa menjadi tiga, dan seterusnya. Masalah hari ini dituntaskan TUHAN hari ini juga.

"...TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau..." menunjukkan bahwa sudah menjadi tugas kita untuk mengalahkan musuh atau masalah. Musuh sudah pasti kalah karena TUHAN sudah menyerahkan musuh itu untuk kita kalahkan. Kita hanya perlu mengeksekusinya saja. Jalan keluar sudah disiapkan TUHAN bagi kita. Kita harus melangkah di jalan yang sudah disiapkan TUHAN bagi kita itu.

Dalam menghadapi masalah, banyak orang Kristen yang menunggu petunjuk dan visi TUHAN. Terus menunggu dan tidak bertindak. TUHAN menyuruh kita bertindak seperti Daud yang bertindak menghadapi Goliat. Seandainya TUHAN memberikan kesempatan dua proyek sekaligus untuk kita tangani dan kita mampu mengerjakannya, mengapa tidak kita ambil keduanya. Seandainya kita cuma mampu mengerjakannya satu saja, kita dapat memilih salah satu yang paling sesuai untuk kita.

Misalnya, seorang ibu menyiapkan dua jenis makanan untuk anaknya. Si anak makan kedua-duanya, apakah ibunya akan memarahinya ? Tidak. Seandainya hanya makan salah satunya saja, boleh saja. Kalau si anak sama sekali tidak menyentuh makanan yang sudah disediakan ibunya, padahal ia lapar berat ? Itu bodoh.

Kita perlu mengerti perbedaan antara bertindak dengan iman dan menanti kehendak TUHAN. Sebagai BAPA, DIA pasti menghendaki kita menang. Karena itu jangan kita mengatakan, "Aku menanti kemenangan dari TUHAN" jika TUHAN menginginkan kita untuk bertindak. Hari ini bertindak, hari ini juga kemenangan itu kita peroleh. Menunda bertindak berarti menunda kemenangan. Seandainya Daud menunda memenggal kepala Goliat sehari atau dua hari kemudian, kemenangan itu tertunda sehari atau dua hari. Bahkan, mungkin keadaan berbalik. Bukan Daud yang memenggal Goliat, tetapi Goliat yang memenggal Daud karena Daud tidak segera bertindak.

Perkataan Daud, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan lembing, bukan dengan kekuatan dan keahlian strategi Daud dalam menghadapi Goliat, namun memakai kekuatan TUHAN. Keyakinan Daud ini berbeda dengan metode Saul yang mengandalkan pedangnya. Senjata itu tidak dikehendaki TUHAN, tidak mampu membawa kemenangan. Itulah sebabnya Saul menjadi tawar hati.

Pertempuran itu di tangan TUHAN, kemenangan itu dari TUHAN. Namun, yang merebut kemenangan itu harus kita. Majulah bersama TUHAN dengan langkah pasti seperti Daud. Tinggal selangkah lagi kemenangan itu seutuhnya menjadi milik kita, apa pun juga masalah itu, seberapa pun besarnya masalah itu. Dengan menggunakan kekuatan dari TUHAN tidak ada masalah yang terlalu besar dan melebihi kekuatan kita, Amin.


TUHAN YESUS Memberkati.
 

Hati seperti apa yang harus kita punyai?

 Natal adalah saat yang tepat untuk kita melakukan refleksi diri, merenungkan, apa yang telah kita lakukan setahun itu dan bagaimana kira-ki...